Saat ini situasi dan kondisi prekenomian sedang mengalami
kelesuan/pelemahan, bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi secara global
perekenomian memang sedang mengalami pelemahan. Pelemahan ekonomi yang melanda
Indonesia mengakibatkan beberapa perusahaan mengurangi tenaga kerjanya. Tahun
ini lebih dari 30 ribu tenaga kerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Hal
itu diungkapkan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri, (pernyataan
menaker tgl.14/8/2015).
Aksi
pemutusan hubungan kerja (PHK) tak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika
Serikat (AS), PHK juga dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar, demi efisiensi
di tengah lesunya perekonomian.
Dilansir
dari CNN, Kamis (1/10/2015), ada sejumlah perusahaan di AS yang tercatat
melakukan PHK terhadap pegawainya, diantaranya :
1. Hewlett-Packard (HP) telah memangkas 85.000
pegawai.
2. Schlumberger (contactor migas) memangkas
20.000 karyawan.
3. Baker Hughes (contractor migas) mengumumkan
pemangkasan 86.000 karyawan.
4. Microsoft, terakhir dilakukan di Juli 2015, sebanyak
7.800 karyawan dirumahkan.
5. dll
Untuk menghindari hal
tersebut, perusahaan dituntut harus benar-benar melakukan efisiensi, terutama
dalam hal biaya produksi. Sementara itu salah satu komponen biaya produksi yang
paling besar adalah bahan bakar.
Oleh karena itu salah satu solusi untuk menekan biaya
produksi adalah dengan menggunakan bahan bakar alternatif/terbarukan, seperti RCO (Rubber Chemical Oils) sebagai
pengganti solar yang harganya jauh lebih murah dibanding dengan solar industri.
Dengan menggunakan RCO sebagai bahan
bakar alternatif/terbarukan, dari segi harga perusahaan dapat melakukan
efisiensi sebesar 25,29%. Sehingga selain dapat menekan terjadinya PHK, produk
yang dihasilkan juga competitif.
Jadi minyak bakar RCO ini adalah salah satu bahan bakar
alternatif/terbarukan sebagai pengganti solar industri yang harganya lebih murah.
Selain RCO lebih murah, dengan kalori lebih tinggi, maka terjadi penghematan
25% s/d 30% dari nilai kalori apabila menggunakan RCO. Hal ini sejalan
dengan misi pemerintah dan perusahaan untuk dapat lebih efisien dalam
menggunakan bahan bakar.
Beberapa jenis bahan bakar minyak
dan nilai kalorinya :
Bahan Bakar
|
Nilai Kalori (BTU/lb)
|
Berat Jenis (kg/l)
|
Avigas
|
20.500
|
0,72
|
Avtur
|
18.400
|
0,80
|
Super 98 / Pertamax
|
20.500
|
0,72
|
Premium
|
19.800
|
0,81
|
Minyak Tanah
|
19.200
|
0,84
|
Solar
|
18.600
|
0,86
|
Minyak Bakar
|
19.300
|
0,95
|
Nilai kalori
adalah suatu angka yg menyatakan jumlah panas / kalori yg dihasilkan dari
proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan udara / oksigen.
Nilai Kalori
bahan bakar MINYAK, umumnya antara 18.300 ~ 20.500 BTU/lb.
Kandungan kalori pada Solar, sebagai berikut :
Awalnya
ditetapkan nilai energi solar 18.600 BTU/US gallon.
Kalau
dikonversikan ke kalori:
1 liter = 0,2642 US Gallon
1 BTU =
1.055,056 joule
1 joule =
4,184 kalori
1 US gallon
= 3,7854 ltr
maka 1 liter
solar = 9.240 kkal.
Sebagai
perbandingan nilai kalori yang terkandung didalam beberapa bahan bakar dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Solar = 9.240 kkal/liter.
2. RCO =
10.400 kkal
3. LPG =
11.220 kkal/kg
4. Natural
gas = 9.424 kkal/m3.
5. Fuel oil
= 9.766 kkal/m3.
6. Batu bara
= 4.800 kkal/kg.
Perbandingan Penggunaan
Solar Industri dengan RCO
Keterangan
|
SOLAR
Industri
|
RCO
|
Harga per liter
|
Rp.6.891,-
|
*Rp.5.500,-
|
Pemakaian per bulan/ltr
(rata2 industri menengah)
|
16.000
ltr
|
16.000
ltr
|
Cost per bulan
|
Rp. 110.256.000,-
|
Rp. 88.000.000,-
|
Cost per tahun
|
Rp.1..323.072.000,-
|
Rp.1.056.000.000,-
|
**Penghematan dari
segi
Harga
|
-
|
25,29%
|
**Penghematan dari segi
Kalori
(Kal.Solar=9.240, RCO=10.400)
|
|
25%
- 30%
|
*Harga
rata-rata untuk wilayah Jabodetabek, include ongkos kirim non PPN
**Penghematan penggunaan
RCO dibanding dng Solar industri